Selasa, 28 Desember 2010

TEKAD I: “Kokohkan Diri Dalam Berjuang Menuju Kemenangan Islam”

Sabtu-Minggu, 25-26 Desember 2010 menjadi dua hari bersejarah dalam mekanisme kaderisasi LDK Darul Amal STAIN Salatiga.
Sebagai salah satu tahapan pengkaderan setelah IBTIDA’ (Pintu masuk LDK-red), serangkaian acara TEKAD 1, yang diselenggarakan di kampus.2 STAIN Salatiga, tersaji dalam bentuk materi konvensional, diskusi ke-LDK-an, nonton film “Sang Murobbi”, sosialisasi pemagangan beserta asistensi konsultan, dan Out Bond.
Lalu apa perbedaan mendasar TEKAD 1 dengan IBTIDA”? Ketua umum LDK, Muhamad Hasbi, Mengatakan, “TEKAD ini merupakan kelanjutan dari IBTIDA’. Fokusnya bukan lagi pengenalan kedakwahwahkampusan atau pengenalan LDK tetapi lebih ditekankan pendalaman pemahaman dan komitmen kader dalam keterlibatannya di Lembaga Dakwah Kampus.” Nampaknya, perbedaan tersebut terlihat dari tema-tema materi yang diberikan dan pengemasan acara yang terformat lebih serius tapi menyenangkan.
Yang sangat berkesan tentu saja adalah Out Bond (OB) yang dilaksanakan pada hari kedua. OB terbagi dalam lima pos; POS I Nasyid, Pos II Kereta Balon, Pos III Sebaran Materi SIE-KAOST-KISMIS, Pos IV Hujan Bola, Pos V Water Combat. Perubahan
konsep ‘yel-yel’ menuju ‘nasyid’ adalah untuk menaikkan derajat kompetensi OB itu sendiri sekaligus untuk melihat apakah kader 2010 memiliki potensi bernasyid sehingga bisa ada kelanjutan untuk membentuk tim nasyid ADK (Aktivis Dakwah Kampus) sebagai penerus munsyid sebelumnya yaitu B4 S dan Syahada. Pun dengan permainan-permainan di pos lainnya dikemas dalam bentuk kompetisi, yang mana tiap kelompok berjuang secara kompetitif sebagai replika mini semangat kerjasama dan sinkronisasi gerak bersama dalam sebuah wajihah.
Panitia berharap, TEKAD 1 benar-benar dijadikan momen unggulan kader untuk senantiasa meningkatkan kafaah dan kapabilitas pribadi dan jamaah. Semoga Allah senantiasa memberikan tarbiyah terbaik-Nya bagi hamba-hamba yang haus akan samudra petunjuk-Nya. Amin.
Selamat berjuang di Jalan Cinta Para Pejuang, saudara-saudara seiman seperjuangan. Ukirlah prestasi hingga prasasti masa depan mencatatmu dalam daftar orang-orang berpengaruh sepanjang sejarah. Amin.

Jumat, 24 Desember 2010

MENJADI MUSLIM SEJATI, MENJADI PEMUDA PRESTATIF

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS Ali Imron: 110)

Islam dan Paradigma Prestasi



Ada sebuah diskusi menarik tentang maksud ayat di atas terutama tentang makna umat terbaik, khoiru ummat. Umat terbaik didefinisikan bukan sebagai takdir yang Allah SWT tetapkan kepada kita selaku umat Islam. Umat terbaik bukan merupakan hadiah yang diberikan kepada kita, namun lebih sebagai tuntutan. Allah SWT dalam ayat ini menuntut kita untuk menjadi umat terbaik di antara umat-umat lain. Alhasil, setiap apa yang kaum muslimin lakukan harus diikhtiarkan dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik. Allah SWT telah memberikan anugrah terbaikNya pada umat manusia maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengikhtiarkan yang terbaik dengan menjadi umat terbaik.

Dengan makna yang terkandung di dalamnya, ayat ini sangatlah cocok dengan konteks era globalisasi saat ini. Globalisasi, menurut Malcom Waters, merupakan sebuah proses sosial yang berakibat pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting yang terjelma di dalam kesadaran orang. Oleh karena itu, globalisasi seakan-akan mewajibkan setiap subjek yang terlibat di dalamnya untuk saling berkompetisi satu dengan yang lainnya. Suka tidak suka, berkompetesi adalah satu hal yang tak akan terpisahkan dari makna globalisasi. Kompetisi pun sudah meleburkan segala sekat yang ada. Tidak ada lagi kompetesi antar anak satu bangsa, satu agama, dan satu negara. Semua melebur menjadi kompetisi global. Di sinilah menjadi yang terbaik adalah suatu keniscayaan.

Menjadi yang terbaik dan pemenang dalam segala kompetisi, selain mampu memberikan peran lebih dalam pentas peradaban global, juga mampu mengokohkan eksistensi individu maupun suatu komunitas masyarakat sosial Tanpa menjadi pemenang dari tiap persaingan yang ada, suatu subjek globalisasi tertentu akan termarjinalkan dari peradaban global, menjadi tak akan pernah diperhitungkan zaman. Sejarah perbudakan adalah sejarah bangsa-bangsa yang kalah oleh bangsa-bangsa bermental kolonial. Itulah konsekuensi dari kekalahan.

Di lain sisi, kita harus berkaca pada kejayaan Islam masa lampau. Dengan segala kekurangannya pada masa itu, Islam terbukti mampu bersaing dan unggul. Islam menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia. Saat ilmu pengetahuan masih didominasi filsafat Yunani yang terlalu imajinatif dan penuh asumsi ala Socrates, Plato, dan Aristoteles, Islam mampu menggebrak. Islam mampu mewujudkan renaisans peradaban dunia yang sesungguhnya: kebangkitan segala ilmu pengetahuan. Islam pula lah yang mampu mengaplikasikan dan benar-benar mewujudkan peradaban modern yang dahulu hanya menjadi teori-teori minus aplikasi. Baghdad, Anadalusia, Cordova, dan Konstatinopel menjadi saksi peradaban Islam yang paripurna.

Jika kita mencoba menarik benang merah dan membuat satu grafik sederhana maka kita akan mendapatkan suatu korelasi yang jelas antara Islam dan prestasi: berbanding lurus. Semakin tinggi kualitas keislaman individu maupun kelompok maka semakin tinggi tingkat prestasinya dan semakin tinggi nilainya dalam percaturan peradaban global. Inilah paradigma awal yang harus dibangun oleh tiap individu kaum muslimin bahwa Islam dan prestasi adalah dua hal yang tak boleh terpisahkan karena prestasi adalah buah keislaman kita.

My History

Visi
Sebagai wadah positif bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk melahirkan kader-kader yang robbaniyah, ilmiyah dan professional.

Misi
1. Menghimpun, membina, memberdayakan dan mengarahkan mahasiswa guna meningkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan perannya di kampus STAIN Salatiga serta masyarakat secara luas.
2. Menyebarkan nilai-nilai Islam dalam mewujudkan kampus yang Islami.